Minggu, 11 Desember 2011
Selasa, 11 Oktober 2011
Selasa, 21 Juni 2011
Senin, 20 Juni 2011
Fisiologi sel dan jaringan
FISIOLOGI SEL DAN JARINGAN
SEL
Unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari tubuh.
n Sel dan jaringan intraseluler membentuk keseluruhan jaringan tubuh.
Fungsi Sel
n Mempertahankan suatu barier yang selektif (membran plasma) di antara sitoplasma dan lingkungan ekstraseluler.
n Sel yang berisi materi hereditas membawa instruksi dlm bentuk kode utk proses sintesis.
n Sel melakukan aktivitas metabolik.
Komponen Sel
n Membran plasma (plasmalemma, membran sel)
n Sitoplasma à protoplasma sel.
n Organel sitoplasma à melakukan fx metabolik spesifik.
n Nukleus à tempat materi genetik.
Organel sitoplasma
n Mitokondria (tdk ditemukan di sel darah merah) à memproduksi energi.
n Ribosom à tempat sintesis protein.
n Retikulum endoplasma à sintesis produk sel, transpor dan penyimpanannya.
n Aparatus golgi à tempat akumulasi, konsentrasi, pembungkusan dan modifikasi kimia produk yang disintesis dlm RE.
Organel sitoplasma
n Lisosom à pencernaan intraseluler.
n Peroksisom (mikrobodi) à melindungi sel dari hidrogen peroksida dan berperan dlm metabolisme lipid.
n Nukleus-Organel terbesar.
tdk tdp pada sel darah merah matang.
Fx : penting utk keseluruhan aktivitas seluler. Mengnadung materi genetik sel
(DNA)
PERGERAKAN MATERI MENEMBUS MEMBRAN SEL
n Transpor Pasif
Tdk mengeluarkan energi seluler/metabolik, memakai sumber energi eksternal.
n Transpor Aktif membutuhkan energi metabolik dan menggerakkan ion melawan gradien konsentrasinya.
Transpor Pasif
n Difusi
n Dialisis
n Osmosis
n Difusi terfasilitasi
n Filtrasi
Difusi
n Gerakan acak partikel dari tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi lebih rendah.
n Contoh : pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.
Dialisis
n Pemisahan zat terlarut kristaloid berdiameter kurang dari 1 nm (ion, glukosa, oksgen) dg berdifusi melalui membran yang permeabel utk partikel tsb.
Osmosis
n Difusi saring molekul air melalui membran permeabel selektif yaitu membran yang tdk dpt dilewati secara bebas oleh semua zat terlarut yang ada.
Difusi Terfasilitasi
n Suatu mekanisme dmn molekul-molekul yg tdk larut dlm lemak dan terlalu besar utk melewati saluran protein dibantu dg carier.
n Carier merupakan molekul protein khusus pd permukaan eksternal membran.
Filtrasi
#Kekuatan gerakan air dan molekul yg dpt berdifusi melewati mebran plasma akibat tekanan
mekanik yang tinggi
Transpor Aktif
n Membutuhkan penggunaan energi metabolik yang diperoleh dari reaksi kimia seluler dan menggerakkan molekul atau ino melawan gradien konsentrasinya.
n 1. Transpor aktif diperantarai carier
mis : pompa ion natrium/kalium, dan pompa kalsium
2. Transpor masa berukuran besar:endositosis,eksositosis
Metabolisme Sel
n Semua reaksi kimia yang berlangdung di dalam sel.
n Katabolisme : penguraian makromolekul organik yg besar menjadi senyawa yg lebih kecil shg menghasilkan energi.
n Anabolisme : Pembentukan senyawa kompleks dari zat-zay yg sederhana dimana memerlukan energi.
Katabolisme
n Dilakukan di motokondria
n Energi dihasilkan dari pemecahan glukosa, asam amino dan asam lemak.
n Glukosa mrp sbr energi terpenting.
n Penyimpanan energi dlm bentuk ATP
n Pemecahan glukosa melalui 3 tahap :
Glikolisis, siklus asam sitrat (siklus krebs) dan transpor elektron serta hidrogen.
HOMEOSTATIS
n Mempertahankan kondisi fisik dan kimia yang raltif konstan dlm lingkungan sel organisme.
n Syarat kimiawi : volume air cukup, nutrisi dan oksigen cukup.
n Syarat fisik : suhu dan tekanan atmosfir.
Mekanisme Homeostatis
n Adanya mekanisme kontrol pengaturan sendiri thd adanya suatu perubahan, spt : sistem umpan balik.
n Komponen sistem umpan balik :
setpoint (nilai fisiologis normal)
sensor (penerima)
pusat pengendali (menerima informasi dr senssor)
efektor (menjalankan respon)
Contoh Sistem Umpan Balik
n Mekanisme umpan balik negatif
informasi balasan utk input mengurangi output.
mis : mekanisme pengaturan kadar glukosa darah
n Mekanisme umpan balik positif
informasi balasan meningkatkan / memperlama informasi awal.
mis : mekanisme pembekuan darah.
JARINGAN
n Kelompok sel yg serupa scr struktural yang mengalami spesialisasi utk menjalankan fungsi tertentu.
n Jaringan dasar tubuh manusia :
epitelium
jaringan ikat
jaringan otot
jaringan saraf.
Jaringan Otot
n “daging” tubuh dan tersusun dari banyak dinding organ berongga dan pembuluh-pembuluh tubuh.
n Sel jaringan otot disebut serabut, berfungsi utk kontaktilitas.
Karakteristik Jaringan Otot
- Serabut mengandung miofibril yg tersusun dr miofilamen kontraktil.
- Nukelus terbentuk dg baik.
- Sitoplasma à sarkoplasma
membran sel à sarkolema
retikulum endoplasma halus à
retikulum sarkoplasma.
- Serabut otot dpt membesar.
Klasifikasi Jaringan Otot
n Fungsional :
1. otot volunter (dikontol sesuai dg
keinginan)
2. otot involunter (bawah sadar)
Struktural :
1. otot lurik (bentuk spt garis-garis
menyilang)
2. otot polos (tidak bergaris)
Klasifikasi Jaringan Otot
n Berdasar struktus dan fungsi :
1. otot polos
involunter dan tidak berlurik
2. otot rangka
volunter dan otot lurik
3. otot jantung
involunter dan otot lurik
OTOT POLOS
n Merupakan otot involunter
n Otot tidak berlurik
n Distribusi :
1. dinding organ berongga
2. dinding duktus/pembuluh
3. organ spt kulit, limpa dan penis.
Struktur Otot Polos
n Sel berbentuk spindel.
n Panjang bervariasi, lebih pendek dari otot rangka dan diameter lebih kecl dr otot rangka.
n Setiap sel mengnadung satu bukleus besar.
n Serabur disatukan dlm unit/lembar (lapisan).
Otot Rangka
n Otot volunter dan otot lurik.
n Distribusi :
serabut bergabung menjadi berkasà membentuk fungsional yg disebut otot, yg melekat pd rangka à utk pergerakan.
Struktur :
- Satu serabut panjang 10-40 nm.
- Serabut yg banyak memiliki nukleus yg ditemukan di bagian tepi sel.
- Lurik menyilang: tersusun pada pita I (isotropik) yg terang dan pita A (anisotropik) yg gelap
Otot Jantung
n Fungsional : Otot involunter
n Struktural : otot lurik.
n Distribusi : jantung.
Struktur Otot Jantung
- Serabut otot bercabang dan membentuk jaringan.
- Nukelus tunggal, letak sentral.
- Lurik menyilang saling berdeketan, tdk sejelas otot rangka.
- Diskus interkalasi : terlihat sebagai pita tebal bersilangan (ciri khas otot jantung).
Mrpk sambungan antara otot jantung dan area yg tahanan listriknya rendah utk memperluas kontraksi.
asfiksia neonatorum
ASFIKSIA NEONATORUM
A. Definisi
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997).
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan dimana hipoksia dan hiperkapnea serta sering berakhir dengan asidosis (Santoso NI, 1992).
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
· Preeklampsia dan eklampsia
· Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
· Partus lama atau partus macet
· Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
· Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
· Lilitan tali pusat
· Tali pusat pendek
· Simpul tali pusat
· Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
· Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
· Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
· Kelainan bawaan (kongenital)
· Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
C. Patofisiologi
Patofisiologi Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
D. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
· Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
· Warna kulit kebiruan
· Kejang
· Penurunan kesadaran
E. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999)
4. Dengan Menilai Apgar Skor
Klinis | 0 | 1 | 2 |
Detak jantung | Tidak ada | < 100 x/menit | >100x/menit |
Pernafasan | Tidak ada | Tak teratur | Tangis kuat |
Refleks saat jalan nafas dibersihkan | Tidak ada | Menyeringai | Batuk/bersin |
Tonus otot | Lunglai | Fleksi ekstrimitas (lemah) | Fleksi kuat gerak aktif |
Warna kulit | Biru pucat | Tubuh merah ekstrimitas biru | Merah seluruh tubuh |
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
F. Komplikasi
Odem Otak Pendarahan Otak Anuria atau Oliguria Hyperbilirubinemia Obstruksi usus yang fungsional Kejang sampai koma Komplikasi akibat resusitasinya sendiri. (Wirjoatmodjo, 1994 : 168).
G. Penatalaksanaan
1. Resusitasi
a. Begitu bayi lahir tidak menangis , maka lakukan langkah awal yang terdiri dari
· Hangatkan bayi dibawah pemancar panas atau lampu
· Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
· Isap lendir dari mulut kemudian hidung
· Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering.
· Reposisi kepala bayi
b. Bila bayi tidak bernafas, lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40 – 60 kali per menit.
c. Bila denyut jantung < 60 kali permenit, beri injeksi epinefrin dan lanjutkan VTP dan kompresi dada.
Bila denyut jantung > 60 kali per menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan.
2. Terapi medikamentosa
Ø Epineprin
a. Indikasi :
· Denyut
jantung bayi adekuat < 60 kali permenit setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respon
jantung bayi adekuat < 60 kali permenit setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respon
· Asistolik
Dosis: 0,1 – 0,3 ml / kg bb dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg – 0.03 mg/ kg bb)
Cara: IV atau endotrakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Ø Cairan pengganti volume darah
a. Indikasi
· Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
· Hipovolemia
kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai dengan pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
b. Jenis cairan :
· Larutan
Kristaloid yang isotonis ( NACL 0,9 % , ringer laktat)
Kristaloid yang isotonis ( NACL 0,9 % , ringer laktat)
· Transfusi darah
c. Dosis:
dosis awal 10 ml/ kg bb IV pelan selama 10 -15 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinik
dosis awal 10 ml/ kg bb IV pelan selama 10 -15 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinik
Ø Bikarbonat
· Indikasi :
Asidosis metabolic secara klinik( nafas cepat dan dalam,sianosis)
· Prasyarat :
Bayi telah dilakukan ventilasi dengan epektif.
· Dosis :
1-2 m Eq / kg bb atau 2 ml / kg bb(4,2 %) atau 1 ml / kg bb (7,4 %)
· Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dextrose 5 % sama banyak diberikan
Secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit
· Efek samping:
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak
Langganan:
Postingan (Atom)